Rangkuman Materi PAI Kelas 12 Bab 1 Kurikulum Merdeka
Assalamualaikum Wr Wb,
Halo sahabat pendidikan dimanapun anda berada, salam sejahtera bagi kita semua.
Pada kesempatan kali ini saya akan memberikan informasi tentang rangkuman materi pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam jenjang SMA kelas 12 Bab 1.
Bab 1 - Sabar dalam Menghadapi Musibah dan Ujian
Membaca QS Al Baqarah 155-156 & Ibrahim 9
Hadits
Berikut hadits yang diriwayatkan Imam Ahmad, dari Ummu Salamah, ia bercerita, pada suatu hari Abu Salamah mendatangiku dari tempat Rasulullah Saw., lalu ia menceritakan, aku telah mendengar ucapan Rasulullah yang membuat aku merasa senang, yaitu sabdanya:
Artinya: “Tidaklah seseorang dari kaum Muslimin ditimpa musibah, lalu ia membaca innaa lillahi wa innaa ilaihi raaji’un, kemudian mengucapkan (Ya Allah, berikanlah pahala dalam musibahku ini dan berikanlah ganti kepadaku yang lebih baik darinya) melainkan akan dikabulkan doanya itu.” Ummu Salamah bertutur, kemudian aku menghafal doa dari beliau itu, dan ketika Abu Salamah meninggal dunia, maka aku pun mengucapkan, innaa lillahi wa innaa ilaihi raaji’un, dan mengucapkan, ‘Ya Allah, berikanlah pahala dalam musibahku ini dan berikanlah ganti kepadaku yang lebih baik darinya.” (HR. Ahmad: 4/27)
Makna Sabar
Di antara perkara yang sangat dianjurkan dalam Islam adalah sifat sabar. Sabar secara bahasa artinya menahan. Kata صَبْرً dalam menjadi akar kata dari sabar. Adapun secara istilah, sabar adalah menahan diri dalam melaksanankan sesuatu dan menjauhi sesuatu. Sehingga deinisi sabar akan tercakup dalam 3 macam yang akan kita bahas pada poin berikut ini.
1. Sabar dalam melaksanakan ketaatan kepada Allah SWT. Yaitu perintah sabar dalam melaksanakan taat, seperti seorang suami yang harus sabar dalam mengajak istrinya untuk mengerjakan salat. Memang seperti itu tugas seorang suami, ia harus dapat memimpin bahtera rumah tangganya dan mengajak istri serta anggota keluarganya untuk melakukan kebaikan
2. Sabar dalam menjauhi kemaksiatan. Saat ini masyarakat dengan adanya kemudahan berinternet harus bias menghindari maksiat seperti ghibah dalam bermedia social, menyakiti orang lain dengan membully, mencaci maki orang lain, dan menghindari membunuh orang lain.
3. Sabar dalam menerima takdir Allah SWT. Sabar jenis yang ketiga adalah dalam menerima takdir yang Allah berikan. Apabila seorang muslim mengalami takdir yang kurang baik seperti musibah sakit atau kematian, ingatlah bahwa para rasul pun mempunyai cobaan jauh lebih berat dibandingkan dengan kita semua.
Oleh karena itu Allah memerintahkan kepada kita untuk mencontoh para rasul dalam hal bersabar, Allah SWT berirman:
Artinya: “Maka bersabarlah engkau (Muhammad) sebagaimana kesabaran para rasul yang memiliki keteguhan hati, dan janganlah engkau meminta agar (adzab) disegerakan untuk mereka.” (QS. Al-Ahqaf: 3)
Menerapkan Prinsip Sabar dalam Menghadapi Musibah dan Ujian
Banyak manusia yang berhasil menjalani ujian kesulitan dengan baik, meskipun mereka tidak beriman kepada Allah Swt. Tetapi sedikit sekali orang kair yang mampu melewati ujian kesalahan disebabkan tidak mendapatkan petunjuk yang mereka dapat dari Allah Swt. Akibatnya mereka terus mengulangi kesalahan dan dosa yang sama dari waktu ke waktu.
Begitu juga halnya dengan ujian kesenangan, sebagian manusia yang terlena oleh berbagai kesenangan dunia yang mereka rasakan sehingga mereka lupa kepada Allah Swt. Dalam menghadapi berbagai ujian, ada beberapa sikap yang wajib dilakukan seorang mukmin. Pertama, tetap merasa yakin atau optimistis bahwa akan datang pertolongan Allah kepada kita. Kedua, segera mengucapkan “innaa lillaahi wainnaa ilaihi rajiuun” setiap kali mendapat musibah. Ketiga, bertawakal kepada Allah. Tawakal menjadi salah satu syarat bagi seseorang mendapat pertolongan Allah. Untuk itu, ada beberapa hal yang wajib kita lakukan saat bertawakal:
- Hindari menyandarkan hati kepada selain Allah. Jika kita menyandarkan hati kepada selain Allah saat menghadapi satu masalah atau musibah, pertolongan Allah akan semakin jauh dari kita.
- Hindari melakukan ikhtiar dengan mudarat yang lebih besar dari pada manfaat. Misalnya, ketika kita sebagai anak memiliki masalah dengan saudara kita, dan padahal kita sudah berupaya berbuat baik kepadanya tapi ditolaknya, maka alangkah baiknya kita bermunajat kepada Allah agar dilunakkan hatinya. Bukan malah mencari pelarian dengan curhat persoalan keluarga kita di media sosial yang menyebabkan persoalan kita diketahui oleh masyarakat umum.
- Saat bertawakal, kita wajib berserah diri sepenuh hati kepada Allah dari awal hingga berakhirnya urusan. Dengan berserah diri kepada Allah, kita akan menjadi tenang dan dapat menerima apa pun hasil ikhtiar dengan lapang dada.